Induk Yani, harimau bernama Sean, juga memiliki riwayat serupa: semua anaknya gagal hidup setelah beberapa program pengembangbiakan.
Berbeda dengan induk harimau lain di TMSBK bernama Bancah yang berhasil melahirkan dua anak sehat, bahkan sempat diberi nama langsung oleh Menteri Kehutanan dan Ketua Komisi IV DPR RI beberapa waktu lalu.
Rofie menegaskan bahwa seluruh standar operasional prosedur (SOP) pemeliharaan satwa telah dijalankan secara maksimal.
“Saat ini TMSBK memiliki 13 ekor harimau Sumatra, termasuk satu titipan dari BKSDA yang sebelumnya terjerat di Agam. Jumlah ini menjadikan kami salah satu lembaga konservasi dengan populasi harimau terbanyak di Indonesia,” katanya.
Ia juga menyebut TMSBK telah memiliki Rencana Kerja Pengelolaan (RKP) nasional yang memungkinkan pemerintah daerah ikut terlibat dalam proses tukar-menukar satwa untuk mendukung keberlanjutan konservasi. (rdr/ant)

















