“Nah kalau kesehatan itu gak simetris. Sakit usus buntu, operasi misalnya Rp500 ribu di sini, di tempat lain Rp10 juta. Bedanya sudah sepuluh kali lipat. Sama seperti kita beli kurs asing Rp16 ribu tapi di tempat lain ada yang jual Rp160 ribu dan kita masih beli karena tidak simetris informasinya,” lanjut Menkes Budi.
Oleh karena itu, Menkes menekankan sinergitas antarpemangku kepentingan bidang kesehatan untuk menjaga kesimetrisan informasi kesehatan. Ia menilai informasi yang simetris dapat menurunkan ongkos, menjaga kualitas, serta meningkatkan kredibilitas industri kesehatan.
“Karena profesi kesehatan sama seperti perbankan, orang percaya. Orang gak akan pernah nanya uang saya ditaruh bakal hilang gak?, saya dirawat bakal sembuh gak?,” ucapnya.
Untuk itu, Menkes mengajak seluruh pemangku kepentingan bidang kesehatan seperti Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan untuk bersama-sama menjaga integritas informasi tersebut melalui digitalisasi informasi kesehatan.
“Ke depannya bukan hanya kita bisa melayani masyarakat dengan akses yang mudah, kualitas yang bagus, dan biaya yang murah, tapi juga kepercayaan atau trust masyarakat ke kita ini benar-benar harus bisa kita jaga,” tutur Menkes Budi Gunadi Sadikin. (rdr/ant)
















