“Beras Solok juga sudah memiliki sertifikat Indikasi Geografis (IG), sebagai jaminan keaslian, maka itu sudah saatnya kita merambah pasar yang lebih luas lagi,” kata dia.
Ia mengimbau supaya dinas terkait melakukan pembentukan dan penunjukan badan usaha ketersediaan benih murni, pendapatan lahan petani yang sesuai indikasi geografi, dan tersedianya infrastruktur pasca panen (dry dan rice mill unit).
Adapun, coverage area Beras Kota Solok IG untuk wilayah Kota Solok seluas 593,57 hektare di Kecamatan Lubuk Sikarah dan 225,75 hektare untuk Kecamatan Tanjung Harapan.
Lalu, untuk produksi Gabah Kering Guling di Kota Solok meningkat dari tahun 2020 sebanyak 14.385 ton menjadi 16.671 ton pada 2021 dan 2022 mencapai 19.352 ton.
“Kenaikan itu berbanding terbalik dengan produksi pada beberapa daerah sentra beras di Sumbar yang menurun dari segi produksi,” katanya.
Ia mendorong agar produksi itu diteruskan terutama hingga akhir tahun untuk membantu dalam menambah capaian produksi padi Sumbar pada 2023.
Hal itu masih memungkinkan karena dengan monitoring aplikasi Simontani melalui satelit, dari 1.143 hektare lahan sawah di Kota Solok, saat ini baru yang ditanami 584 hektare atau masih ada 43 persen lahan yang belum ditanami.
“Dalam momentum ini kami mengajak kelompok tani untuk segera menanami lahan tersebut untuk mendukung capaian produksi padi 2023,” ujarnya. (rdr/ant)

















