“Sehingga di saat inilah bisa kami tampilkan jenis kebudayaan lain, ada randai, pencak silat dan sipak rago,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Sumbar, Luhur Budianda mengatakan, di dalam pariwisata ada satu bagian penting bernama ekonomi kreatif.
Di dalam ekonomi kreatif terdapat 17 sub-sektor dengan salah satunya yakni performing art atau pertunjukan sini.
“Seni tradisional, yang seperti dilaksanakan ini merupakan bagian dari performing art, kami mengangkat dari akar budaya, yang akan punya nilai jual untuk menarik wisatawan,” katanya.
Pertunjukan seni, katanya, merupakan bagian dari ekonomi kreatif dan bisa menggerakan roda perekonomian Indonesia dan Sumbar secara khususnya.
“Hampir Rp1.200 triliun devisa negara berasal dari ekonomi kreatif,” katanya.
Dirinya berharap, seni tradisional bisa meningkatkan kunjungan wisatawan. Namun, persoalannya, kata Budi, Sumbar belum punya ruang publik yang bisa menampilkan anak nagari untuk berkesenian dan menampilkan budayanya.
“Ke depan itu itu tugas pemerintah agar membangunnya. Kita (Sumbar) belum ada ruang kesenian yang mumpuni. Melalui iven-iven yang sudah kami tetapkan, ini sedang kami lanjutkan ke depan. Kami sedang mencari formula baru agar inni bisa berkesinambungan, sayang rasanya jika tak dilanjutkan di tahun 2024,” tuturnya. (rdr)

















