Untuk mencegah terkena dampak heat stroke di tengah cuaca panas terik yang melanda Indonesia saat ini, ia mengungkapkan sejumlah gejala yang patut diwaspadai oleh masyarakat.
Di antaranya, keringat berlebihan, wajah yang tampak pucat, mual, muntah, kaki kram, sakit kepala dan pusing, merasa sangat lelah, tidak bisa berkonsentrasi, dan kulit terasa panas, kemerahan, serta kering.
Ia juga mengingatkan masyarakat untuk menerapkan semboyan stay cool, stay hydrated, and stay informed, karena masyarakat perlu tetap menjaga tubuh tetap dingin dengan membatasi aktivitas di luar ruangan, melakukan aktivitas fisik secara bertahap, mengenakan baju berwarna cerah dan berbahan ringan, serta menggunakan tabir surya dengan kandungan SPF minimal SPF30.
Masyarakat juga perlu tetap terhidrasi dengan banyak mengonsumsi air putih serta tetap mengikuti informasi terkini seputar cuaca panas dan langkah pencegahan terhadap dampak buruknya untuk kesehatan.
Sebelumnya, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Eddy Hermawan menyampaikan suhu udara yang menyengat di Indonesia saat ini dipengaruhi oleh fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) yang diprakirakan mencapai puncak pada Oktober 2023.
Fenomena El Nino adalah pemanasan suhu muka laut di atas kondisi normalnya di Samudra Pasifik bagian tengah. Sementara itu, Indian Ocean Dipole (IOD) merupakan perbedaan suhu permukaan laut di Laut Arab (Samudra Hindia bagian barat) dan Samudra Hindia bagian timur di selatan Indonesia.
Pada pertengahan Oktober 2023, suhu udara maksimum diprakirakan mencapai 43 derajat celsius di Kota Surabaya, 40 derajat celsius di Kota Semarang, dan 37 derajat celsius di Jakarta. (rdr)

















