“Titik api yang ditemukan di Kabupaten Pesisir Selatan itu dua sampai tiga hari juga sudah padam,” katanya.
Oleh karena itu, pihaknya meragukan kabut asap yang menyelimuti Sumbar sejak beberapa hari belakangan bersumber dari karhutla di Sumbar.
Selain itu, Dishut Sumbar juga belum mendapatkan informasi pasti terkait sumber kabut asap.
“Kami juga harus konfirmasi ke BMKG yang memiliki stasiun mengenai kondisi tersebut. Jadi saya tidak bisa mengatakan bahwa itu berasal dari Karhutla, baik di Sumbar maupun daerah tetangga,” katanya.
Terkait karhutla yang ditemukan di Kabupaten Pessel, Yozarwardi mengatakan hampir 99 persen kebakaran terjadi akibat ulah manusia. Pembukaan lahan baru dengan cara membakar merupakan salah satu penyebab kebakaran.
“Tapi ini sifatnya masih dugaan. Sebab, sampai saat ini kita masih kesulitan menemukan pelakunya,” ucapnya.
Merujuk pada data SiPongi KLHK, pada Rabu (13/9/2023), tercatat 21 titik panas di Provinsi Sumbar dimana empat diantaranya masuk kategori merah, 16 kuning, dan satu kategori hijau. Tiga titik api kategori merah terpantau di Kabupaten Pessel dan satu di Kabupaten Limapuluh Kota.
Yozarwardi menjelaskan, untuk titik api kategori merah tingkat kepercayaannya di atas 81 persen ke atas, kemudian kuning 30 hingga 80 persen, dan terakhir hijau memiliki tingkat kepercayaan 30 persen ke bawah.
Kendati demikian, lanjutnya, hal tersebut tidak bisa selalu menjadi patokan utama karena harus disertai dengan identifikasi lapangan.
Sebab menurutnya, beberapa titik kuning yang terpantau di SiPongi justru terbakar. (rdr)

















