Di sana, ia mengabdi pada Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, yang dulu merupakan bagian yang tidak diminati oleh para dokter.
Penyebabnya sederhana, di mana salah satu alasan adalah karena takut berhubungan dengan mayat.
“Pada saat memutuskan untuk memilih Bagian Forensik, hampir semua teman, sejawat bahkan dosen saya kaget. Saat wawancara penerimaan dosen, saat itu Dekan dan Wakil Dekan 1 bertanya dan memastikan apakah benar saya mau ambil bagian forensik? Karena sejak awal wawancara ditawarkan calon yang lain tidak ada yang mau. Dengan yakinnya saya menjawab iya. Alasan utamanya adalah hanya ingin memajukan bagian forensik FK Unand, bukan karena saya punya mistik lain seperti yang sering ditanyakan orang kepada saya,” ungkap Rika sebagaimana dinukil dari laman detikcom.
“Dulu, dokter spesialis forensik sangat langka, terutama di Sumbar. Tapi saat ini jumlahnya sudah cukup banyak dan malah didominasi oleh perempuan,” sambungnya.
Pelecehan Seksual
Nama Rika Susanti kembali menjadi perhatian publik lantaran ia menjadi Ketua Satgas PPKS Unand untuk menangani kasus pelecehan seksual yang diduga dilakukan oleh oknum dosen Unand berinisial KC.
Selain itu, Rika juga menangani kasus penyimpangan seksual dua mahasiswa FK Unand yang membuat geger publik.
Pada kasus tersebut, Rika merekomendasikan penonaktifan dua mahasiswa tersebut dan terbaru kedua mahasiswa itu telah diberhentikan dengan tidak hormat.
Saat ini, Rika telah resmi dilantik menjadi Dekan FK UNP, jabatan yang pernah ia emban di Unand jauh hari sebelumnya.
Dalam waktu dekat, Rika bertugas memimpin mahasiswa angkatan pertama di kampus UNP dan melakukan sejumlah program dengan berkolaborasi bersama Unand. (rdr)

















