“Faktor global seperti saat ini Indonesia mengalami El Nino dan IOD positif sehingga massa Udara di wilayah Indonesia cenderung lebih kering,” ujar Edo saat diwawancarai sejumlah wartawan di Padang, Kamis kemarin.
Faktor regional, tidak terdapat wilayah konvergensi dan belokan angin yang dapat memicu terbentuknya awan hujan. Anomali suhu muka laut yang cukup kecil di wilayah Sumbar ikut berkontribusi pada kurangnya suplai uap air sumber terbentuknya awan.
“Dan untuk faktor lokal, kelembaban yang cukup rendah dan kondisi udara yang stabil-labil lemah menyebabkan semakin kecilnya potensi konveksi yang membentuk awan-awan hujan di wilayah Sumbar,” katanya.
Prakiraan cuaca BMKG Minangkabau yang dirilis pukul 08.40 WIB pagi menegaskan bahwa selama tiga hari ke depan diperkirakan tiada curah hujan di wilayah Sumbar.
Edo menambahkan, per Kamis (27/7/2023), suhu maksimum rata-rata di Sumbar berkisar antara 27-31 derajat celsius. Sementara itu, khusus Kota Padang suhu maksimum bisa mencapai 33 derajat celsius. (rdr)
