Ia menyebutkan kepada masyarakat agar selalu bersama-sama menjaga kewaspadaan dan ikut melakukan pengawasan terhadap generasi penerus.
“Harus selektif mengikuti berbagai acara serta harus dapat menghindarkan diri dari praktik yang menyimpang dari filosofi Adaik Basandi Syara’,Syara’ Basandi Kitabullah,” katanya.
Ketua Bundo Kanduang Efni didampingi Ketua PWK, Zulzetri menambahkan kekecewaan mereka dengan banyaknya kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas perempuan yang saat ini tidak memaksimalkan peran tokoh perempuan minang.
“Minangkabau sangat menghargai perempuan, Anak Daro itu sejatinya dipayungi, bukan malah sebaliknya. Sebenarnya banyak kejadian berturut-turut di kota kami yang harus disikapi, tapi ini menjadi puncaknya karena kami merasa simbol adat dipakai sesuka hati,” kata dia.
Selain permasalahan umbrella girl, LKAAM bersama Bundo Kanduang dan PWK ikut menyoroti kasus inses dan beberapa kebijakan pemerintah daerah.
“Kami bersikap menjadi penyeimbang dalam setiap kebijakan yang diambil, apalagi jika sudah menyangkut adat, pemilihan Bujang Gadih Bukittinggi juga kami sesalkan yang tanpa melibatan peran Bundo Kanduang secara maksimal,” tegasnya. (rdr/ant)

















