Selain itu, mereka mengimbau para pelajar dan generasi muda lainnya untuk tidak mengusik ketentraman dan kedamaian sesama masyarakat, yang selama ini telah berjalan dengan baik di Kota Padang.
Belakangan diketahui, kegiatan tersebut digagas oleh putra asli Kototangah yang juga merupakan Ketua Kerapatan Adat dan Alam Minangkabau (LKAAM) Sumbar, Fauzi Bahar.
Ia melihat belakangan ini persoalan kenakalan remaja terutama tawuran, narkoba dan LGBT kembali merebak di Sumbar terutama Kota Padang.
“Tawuran yang terjadi hampir setiap malam belum lagi peredaran narkoba yang meresahkan, dan baru beberapa hari ini kita dihebohkan dengan munculnya kelompok gay di Kota Bukittinggi yang tidak segan-segan mendeklarasikan diri melalui media sosial,” katanya.
Meski kegiatan itu, katanya, tidak bisa menghilangkan langsung kenakalan remaja, setidaknya bisa mengurangi kecemasan hari ini terkait kenakalan remaja yang timbul akibat perkembangan teknologi.
“Maka dari itu diperlukan kegiatan positif dengan mengumpulkan generasi muda dan memberikan mereka pemahaman akan bahaya dan ancaman yang mengintai mereka,” katanya.
Ketika disinggung konsep kegiatan menggunakan pawai obor ini, ia mengaku dan merasa bahwa kegiatan itu sudah lama tidak dilakukan sebagai bentuk kebiasaan masyarakat Minangkabau pada malam hari terutama saat pergi ke surau (langgar) untuk melaksanakan ibadah Salat Isya dan Subuh.
“Karena bertepatan dengan akan datangnya malam Lailatul Qadar, kami semua berharap mendapatkan berkahnya,” tuturnya. (rdr-008)

















