RADARSUMBAR.COM – Kerusakan pada sistem saraf tepi atau sering disebut sebagai neuropati perifer bisa dialami oleh siapa saja. Kerusakan saraf perifer menimbulkan gejala, tetapi sebagian besar orang masih mengabaikannya, sehingga hanya dianggap sebagai gejala karena kelelahan saja. Itulah mengapa, penting bagi kita untuk memahami neuropati perifer: penyebab dan gejala yang mungkin terjadi.
Jenis Neuropati Perifer: Penyebab dan Gejala
Neuropati perifer merupakan kondisi yang disebabkan karena kerusakan pada saraf perifer atau saraf tepi. Umumnya, kerusakan saraf perifer ini dialami oleh usia 55 tahun ke atas.
Berdasarkan pada tingkat kerusakan sarafnya, neuropati perifer dibedakan menjadi dua, yakni mononeuropati dan polineuropati. Mononeuropati merupakan kerusakan pada saraf tepi tunggal atau hanya terjadi pada satu saraf perifer saja.
Kondisi ini terjadi karena berbagai macam faktor, seperti kecelakaan, cedera fisik, hingga saraf yang mendapatkan tekanan terlalu lama. Aktivitas yang berulang dalam jangka waktu lama, juga dapat menjadi pemicu mononeuropati.
Sedangkan polineuropati adalah kerusakan yang terjadi pada beberapa saraf perifer. Bila kita bandingkan dengan mononeuropati, orang-orang lebih sering mengalami polineuropati.
Polineuropati menyebabkan saraf perifer pada seluruh tubuh tidak berfungsi secara bersamaan. Gangguan saraf ini rentan terjadi pada penderita diabetes.
Pada dasarnya, neuropati perifer menunjukkan penyebab dan gejala yang umum. Supaya bisa memberikan tindakan lebih cepat dan tepat, mari pelajari tentang penyebab dan gejala neuropati perifer.
Penyebab Neuropati Perifer
Mengingat neuropati perifer bukanlah penyakit tunggal, kerusakan saraf dapat disebabkan karena beragam kondisi. Salah satunya adalah terjadinya infeksi.
Infeksi ini bisa karena bakteri atau virus. Seperti virus Epstein Barr, kusta, penyakit Lyme, hepatitis B dan C, herpes zoster, hingga HIV. Penyebab lainnya bisa karena gangguan sumsum tulang belakang.

















