Dinding surau berasal dari papan dan atapnya dari daun rumbio. Kemudian, sekitar tahun 1975, surau tersebut dipugar.
Dinding masjid diganti dengan batu air, sementara atapnya dari daun rumbio diganti ke seng. Setelah pemugaran selesai, status surau pun diubah menjadi masjid.
“Sejak menjadi masjid, sampai sekarang bacaan khutbah Jumat di masjid ini masih menggunakan bahasa Arab secara penuh,” ujarnya.
Setelah menjadi masjid, kata Burhanuddin melanjutkan, pemugaran masjid tidak pernah lagi dilakukan. Yang ada, hanya perbaikan masjid dari tahun ke tahun, seperti melakukan perbaikan atap masjid yang bocor, pembuatan tempat wudhuk dan toilet, serta teras, dan lain sebagainya.
Oleh sebab itu, dengan adanya pemugaran masjid oleh PT Semen Padang yang difasilitasi oleh Kerapatan Adat Nagari (KAN) Lubuk Kilangan, ia pun sebagai pengurus masjid, mengucapkan berterima kasih kepada Semen Padang, termasuk kepada pengurus KAN Lubuk Kilangan.
“Mudah-mudahan, Semen Padang sebagai perusahaan semen kebanggaan kita masyarakat Sumbar, terus maju dan berkembang.”
“Kemudian, bagi manajemen Semen Padang dan jajarannya, beserta pengurus KAN Lubuk Kilangan yang telah terlibat membantu dan mendorong pemugaran masjid ini, semoga menjadi ladang amal hendaknya,” ungkapnya. (rdr)

















