Sementara itu Direktur LSM Indonesian Conservation Society (ICS), yang bergerak di bidang konservasi alam, Salpa Yanri, mengungkapkan ada sejumlah kemungkinan penyebab Harimau Sumatera tersebut keluar dari hutan.
Yang pertama, katanya, adanya ancaman dari dalam hutan, baik dari manusia atau sesama satwa liar lain. Kemudian ada pendatang baru sehingga kalah dalam bersaing yang membuatnya harus keluar dari daerah jelajahannya.
“Sementara yang ketiga, harimau itu sedang mengajarkan anaknya berburu,” ujarnya.
Dari informasi warga, katanya, sapi tersebut hanya diterkam dan tidak dimakan. “Kalau harimau lapar, mangsa selain dimakan juga akan dibawa untuk disimpan dengan cara disembunyikan,” ujarnya.
Menurutnya, sapi merupakan mangsa yang bagus untuk mengajari anaknya berburu karena tidak liar dan mudah direbahkan. “Kalau rusa atau babi itu liar dan larinya cepat. Juga harus diintai,” ujarnya.
Untuk memastikan penyebab Harimau tersebut keluar dari hutan, katanya harus dilakukan identifikasi. “Salah satunya dari jejak. Dari jejak tersebut bisa diketahui jumlah berapa ekor, jenis kelaminnya, usianya,” ujarnya.
Pihaknya, imbuhnya juga telah dihubungi oleh Wali Nagari Lubuk Gadang Utara untuk memberikan masukan terkait konflik ini. “Saya sampaikan untuk sementara hewan ternak yang digembalakan di daerah itu dibawa ke kampung dulu yang aman,” ujarnya.
Ia juga meminta masyarakat Bariang mengusir dengan bebunyian seperti kentongan, meriam bambu atau lainnya.
ICS yang berbasis di Solok Selatan, katanya juga telah memberikan sosialisasi ke sejumlah daerah yang berpotensi terjadinya konflik satwa, terutama dengan harimau, terkait pembuatan kandang yang aman dari hewan buas.
“Seperti kandang yang dilindungi dengan kawat berduri atau dengan memberikan pencahayaan di kandang,” ujarnya. (rdr/ant)

















