“Persatuan yang dilakukan Pak Prabowo dan Pak Jokowi ini juga berujung negara ini stabil, mampu menggerakkan roda ekonominya sehingga di saat seluruh dunia dihantam krisis ekonomi, pangan, energi bahkan ketidakpastian perang Rusia dan Ukraina, Indonesia insyaallah tidak akan mengalami krisis, itulah hebatnya persatuan Pak Prabowo dan Pak Jokowi dan ini diadopsi lho oleh tetangga kita,” jelasnya.
“Bagaimana Malaysia itu melihat Indonesia sukses dengan rekonsiliasi dan persatuan itu, Pakatan Rakyat dan Barisan Nasional juga mengadopsi hal yang sama, sehingga Datuk Sri Anwar Ibrahim bisa menjadi Perdana Menteri yang ke-10, karena mereka melakukan rekonsiliasi dan persatuan,” jelasnya.
Andre menyebut rekonsiliasi ini harus tetap dilanjutkan. Menurutnya, Indonesia tak butuh lagi polarisasi. “Kita tidak butuh lagi polarisasi, apalagi seluruh kandidat maupun Pak Prabowo, Mas Anies, Mas Ganjar, Pak Airlangga, itu kan semua muslim, Mbak Puan, semua kan Islam, muslim, pernah haji, ada umrah, nggak ada yang kafir, nggak ada yang PKI. Jadi mari kita jaga kesejukan-kesejukan ini bahwa mari kita jualan program yang prorakyat, bagaimana membangun Indonesia yang sejuk, yang baik,” tutur dia.
Andre menilai Indonesia tak lagi butuh polarisasi seperti yang terjadi pada Pilpres 2019. Menurutnya, pembelahan di masyarakat yang terjadi saat itu tak boleh lagi terulang. Andre lantas meyakini Prabowo cocok menjadi presiden untuk mencegah terjadinya perpecahan.
“Nah ini kan pelajaran bagi kita semua agar sekarang mari kita ke tengah dan itu sudah dicontohkan oleh Pak Prabowo bersama Pak Jokowi ya. Ini yang dibutuhkan bangsa ini, tokoh pemersatu, jangan lagi yang dijual oleh rakyat ini adalah tokoh-tokoh yang bisa membuat benturan dan polarisasi. Yang paling bicara soal umat, lalu ada lagi polarisasi soal yang paling nasionalis, ini kan berbahaya tokoh-tokoh itu, banyak, solusinya Prabowo Subianto Presiden 2024,” tuturnya. (rdr)

















