“Inipun terjadi karena cuaca ekstrem, meningkatnya jumlah kunjungan sehingga meningkatkan permintaan bahan pangan, Bukittinggi juga bukan daerah sentra produksi dan meningkatnya permintaan dari daerah tetangga,” kata dia.
Ia menjelaskan, dari penyebab inflasi itu Pemkot Bukittinggi melakukan upaya pengendalian inflasi di antaranya melakukan pemantauan harga dan stok setiap hari.
“Pemkot juga menerbitkan surat edaran dari Wali Kota Bukittinggi tentang pengendalian inflasi, bekerjasama dengan Bulog sub divre Bukittinggi untuk gelar operasi pasar di 24 kelurahan serta bekerjasama dengan BPR Syariah Jam Gadang juga terus menyalurkan bansos dan subsidi margin untuk UMKM melalui Tabungan Utsman,” katanya.
Sementara itu, Pemimpin Perum Bulog Kantor Cabang Bukittinggi, M. Fakhri Firdaus menambahkan operasi pasar merupakan inisiasi dari Bulog bersama TPID Bukittinggi untuk menjawab keadaan di Kota Bukittinggi yang mengalami kenaikan harga pangan akibat inflasi.
“Untuk 2023 ini, kita sudah mulai lakukan operasi pasar mulai 1 Februari hingga 7 Maret untuk disebar di 24 kelurahan,” katanya.
Kebutuhan pokok yang disediakan, minyak goreng Rp 14.000 per liter, gula pasir Rp 13.500 per kilogram, beras medium Rp 9.950 per kilogram, beras kuruik kusuik Rp 15.999 per kilogram serta ragam lain. (rdr/ant)
















