Ia mengatakan pihaknya terus menggiatkan monitoring lapangan untuk mengintervensi anak yang mengalami stunting. Setidaknya pihaknya melaksanakan 70 persen intervensi sensitif dan 30 persen intervensi spesifik.
Ia menjelaskan intervensi sensitif dilakukan oleh Tim Percepatan Penurunan Stunting guna membenahi lingkungan anak beresiko sedangkan intervensi spesifik dilakukan oleh Dinas Kesehatan untuk menangani penyakit yang dialami oleh anak resiko.
Ia menyampaikan angka stunting di Pariaman berdasarkan SSGI mengalami penurunan dari 20,3 pada 2021 menjadi 18,4 pada 2022.
Sebelumnya, Pemerintah Kota Pariaman, Sumatera Barat memfokuskan menangani 588 anak berisiko stunting pada 2023 dari 6.356 anak usia bawah lima tahun (Balita) yang ada di daerah itu.
“Itu data kondisi di bulan November. Tapi datanya dinamis bisa berubah, namun ini menjadi target penanganan kami pada 2023,” kata Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kota Pariaman Gusniyetti Zaunit di Pariaman.
Ia mengatakan pada Januari 2023 Pemkot Pariaman hingga tingkat desa dan kelurahan akan menyelesaikan permasalahan stunting di di daerah itu di masing-masing desa dan kelurahan berdasarkan penyebabnya. (rdr/ant)

















