Dia juga menambahkan bahwa pada saat ini BNPB sudah mulai meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi musim kemarau guna mengantisipasi terjadinya bencana hidrometeorologi kering seperti kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Pasalnya, kata dia, pada tahun 2023 ini terdapat potensi terjadinya kondisi cuaca panas yang bisa berdampak pada kejadian bencana kekeringan dan karhutla.
“Beberapa lembaga meteorologi internasional menyebut bahwa mungkin kita akan berada pada salah satu tahun terpanas, dalam 20 tahun terakhir sehingga mau tidak mau efeknya adalah terjadi kekeringan dan karhutla, sehingga perlu dipersiapkan langkah kesiapsiagaan sejak awal,” katanya.
Abdul Muhari menambahkan bahwa upaya mitigasi diperlukan guna mengurangi jumlah penduduk yang menderita dan juga yang mengungsi. “Bagaimanapun jika berbicara tentang bencana hidrometeorologi maka perlu dibarengi dengan upaya menjaga kondisi lingkungan,” katanya.
Dengan demikian, BNPB mengajak seluruh pihak untuk melakukan restorasi lingkungan agar dapat menjadi solusi permanen dalam rangka mencegah terjadinya bencana. “Salah satu upaya mencegah bencana hidrometeorologi adalah melakukan restorasi lingkungan dan mempertahankan fungsi lahan mulai dari hulu hingga hilir,” katanya. (rdr/ant)

















