Andre Rosiade menambahkan, di sisi lain hampir sebagian besar homebase (stadion tuan rumah) sudah dinilai, dan tentunya mengeluarkan biaya tidak sedikit karena operasional tim risk assement biayanya ditanggung oleh klub.
“Karena itu saya berharap agar kompetisi profesional bisa tetap berjalan sebagaimana mestinya. Dan saya juga berharap promosi dan degradasi di Liga 1 tetap jalan sehingga kompetisi bisa berjalan dengan profesional,” tegasnya.
Soal adanya tanda tangan permintaan dari klub liga 2 agar kompetisi dihentikan yang beredar, Andre menduga ada oknum yang bermain, memobilisasi dan terindikasi memanipulasi tanda tangan tersebut.
Untuk itu, ia meminta agar pihak-pihak terkait baik kepolisian hingga FIFA untuk menginvestigasi masalah tersebut.
“Banyak yang menduga ada oknum PSSI melakukan mobilisasi tandatangan 18 klub liga 2 yang meminta agar liga 2 dihentikan. Ini harus diusut tuntas oleh pihak kepolisian dan juga FIFA, bagaimana sepakbola Indonesia mau maju kalau ini dibiarkan.”
“Kami pikir ini saatnya untuk PSSI berbenah. Mungkin mengganti kepengurusan dengan orang-orang baru yang mumpuni bisa jadi solusi,” tuturnya.
Salah satu poin penghentian Liga 2 dan Liga 3 adalah klaim PSSI dan rapat Exco (Komite Eksekutif) mengenai infrastruktur tidak layak. PSSI sudah mengumumkan penghentian dua kompetisi tersebut, Kamis (12/1/2023).
Usai menggelar rapat dengan Exco dan pemilik klub di GBK Arena, Senayan, Jakarta Pusat, Sekjen PSSI, Yunus Nusi, yang mengumumkan keputusan itu. Liga 2 vakum imbas dari Tragedi Kanjuruhan.
“Penghentian kompetisi ini merupakan permintaan dari klub sendiri. Lalu masalah infrastruktur yang tidak layak, dan terakhir adalah masalah perizinan dari kepolisian,” kata Yunus Nusi dalam keterangan kepada pewarta. (rdr)

















