“Kami sampaikan ke Biro Aset dan PUPR apakah jadi direvitalisasi atau dilanjutkan pihak ketiga, namun soal anggaran kami terbatas saat sekarang. Jangankan untuk rehabilitasi (Stadion), untuk kegiatan saja kami terbatas,” katanya.
Pada tahun 2022 saja, katanya, biaya untuk petugas saja sudah menelan anggaran Rp670 juta dengan rincian sembilan petugas kebersihan dan lima keamanan.
“Untuk biaya membeli rutinitas menghabiskan Rp150 juta, ini sangat terbatas, apalagi anggaran untuk perbaikan yang lain, ini permasalahannya, kondisi terbatas, makanya cenderung pengelolaan pihak ketiga,” katanya.
Rasydi mengaku bahwa pihaknya mendapatkan momen cepat dengan kehadiran pihak ketiga yang sudah siap untuk pengelolaan kawasan tersebut. “Secara cepat kami sudah dapat pihak ketiga, karena ada momen kerjasama aset atau pembangunan aset,” katanya.
“Kalau (kerjasama) aset sudah dilakukan seperti saat sekarang namun kerjasama pembangunan aset tentu dibangun, direhabilitasi, direvitalisasi pihak ketiga, apakah 20, 30, 40 tahun terlaksana, kayaknya mengarah ke sana,” tutupnya. (rdr-008)

















