“Di sisi aspek sosialnya, bermain game online atau handphone juga kurang, karena anak tidak berinteraksi langsung dengan teman sebayanya. Sehingga anak-anak tidak belajar untuk bersosialisasi serta memecahkan masalah dalam kehidupan nyata,” sebut Nila Anggraeiny.
Namun begitu, Nila Anggraeiny berpendapat, segala jenis permainan memiliki sisi negatif. Bermain lato-lato dengan durasi yang berlebihan serta situasi yang tidak tepat, tentunya akan sangat mengganggu. “Demikian juga sebaliknya. Jadi, bermain lato-lato tidak boleh berlebihan,” ujarnya.
Nila Anggraeiny menyarankan agar anak-anak berusia di bawah lima tahun perlu diawasi orangtua saat bermain lato-lato. Sebab, anak yang berusia di bawah lima tahun, koordinasi mata dan tangan belum berkembang dengan baik. “Perlu pengawasan orangtua agar tidak mendatangkan bahaya bagi anak,” sebutnya.
Begitu pula bagi anak yang berusia di atas lima tahun. Juga butuh perhatian orangtua saat anak bermain lato-lato. “Karena bisa saja anak-anak menjadikan lato-lato sebagai alat untuk menyakiti temannya, jadi pengawasan orangtua itu penting dalam setiap kegiatan anak,” ucap dosen prodi psikologi di Unand itu.
Seperti diketahui, lato-lato adalah permainan yang terbuat dari plastik polimer. Permainan tersebut terdiri dari dua bandulan pendulum yang disambungkan oleh seutas tali. Di bagian tengah tali terdapat sebuah cincin yang berfungsi sebagai pegangan untuk menggerakkan kedua bandulan tersebut.
Cara kerja permainan lato-lato adalah dengan membenturkan kedua bandulan tersebut. Sehingga menimbulkan suara konstan yang beruntun. Namun begitu, lato-lato adalah permainan yang berasal dari Argentina. Atau sebagai sebuah senjata paling terkenal yang digunakan oleh pemburu atau gaucho di Amerika Selatan. (rdr)

















