Di antara belasan pelaku usaha dendeng rinuak di Lubukbasung, hanya tersisa dua pelaku usaha lagi yang berproduksi. Selebihnya terpaksa menghentikan sementara produksinya lantaran ketiadaan bahan baku rinuak.
“Saya tidak berani memaksakan diri membeli bahan baku dengan harga cukup mahal, karena tak ingin menaikkan harga produk dendeng saya. Kalau bahan bakunya seharga Rp60 ribu per kilogram, maka harga produk dendeng saya mesti naik jadi Rp25 ribu per bungkus,” katanya.
Sementara Kepala Bidang Budidaya Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam, Doni Afdison mengakui hasil tangkapan ikan rinuak memang berkurang setelah kematian ikan secara massal di Danau Maninjau, akibat kekurangan oksigen pada November 2022.
Saat itu, hasil tangkapan nelayan di Danau Maninjau cukup banyak sampai beberapa hari. Namun setelah kondisi air mulai membaik, hasil tangkapan nelayan berkurang, sehingga harga cukup tinggi. “Saat kondisi hasil tangkapan nelayan banyak harga rinuak hanya Rp20 ribu per kilogram dan sekarang naik Rp40 ribu sampai Rp60 ribu per kilogram,” katanya. (rdr/ant)

















