Ia juga mengucapkan terimakasih kepada Yayasan Sintas Indonesia yang telah mempergunakan dan melihatkan pemakaian teknologi drone thermal.
Teknologi itu digunakan dalam memudahkan untuk memantau keberadaan harimau yang sedang berkeliaran di daerah konflik. “Teknologi yang digunakan cukup membantu, sehingga bisa memantau keberadaan satwa itu dari pancaran suhu tubuh dari mamalia itu,” katanya.
Ia menambahkan, butuh waktu dan kesabaran dari warga, karena penyelesaian konflik itu bisa sebentar atau bisa lama. Dari pengalaman di Maua Hilia, Nagari Salareh Aia, Kecamatan Palembang pada 2021, konflik bisa diatasi dan satwa masuk kandang jebak selama 41 hari penanganan.
Untuk itu, ia mengimbau warga agar mengikuti arahan dari BKSDA dan mereka yang ahlinya, karena menangani konflik satwa berbagai daerah di Sumbar. Namun masyarakat diminta untuk mengurangi aktifitas di kebun, pergi ke kebun secara bersama-sama, tetap waspada dan lainnya. (rdr/ant)
















