Pada 2014 itu, defisit transaksi berjalan atau indikator arus perdagangan barang dan jasa antara Indonesia dan mancanegara menunjukkan defisit sebesar 27,5 miliar dolar AS dan menurun menjadi 17,5 miliar dolar AS pada 2015. Presiden membandingkan data tersebut dengan neraca transaksi berjalan Indonesia yang saat ini telah mencatatkan surplus 8,9 miliar dolar AS pada kuartal III 2022.
“Oleh sebab itu, saat itu saya sampaikan kita harus berani mengubah ini, reformasi struktural kita agar hal-hal yang membahayakan ekonomi makro kita ini bisa kita lakukan (antisipasi),” ujar Presiden.
Presiden mengatakan dirinya setiap pagi selalu meminta data-data terbaru terkait perekonomian kepada jajaran menteri. Dia enggan hanya menerima pernyataan secara normatif tanpa ada bukti dan data konkret mengenai perbaikan ekonomi.
“‘Pak ini sudah lebih baik’, ya angkanya berapa ? bukan ya, ya, ya. Angkanya saya minta dari berapa ke berapa, karena itu penting sekali,” kata Presiden Jokowi. (rdr/ant)

















