Peternakan sapi melibatkan masyarakat dalam pengembangan industri keju dan susu, kurangnya minat masyarakat dalam mengkonsumsi susu di awal pendirian Keju Lasi membuat hal tersebut menjadi motivasi kuat untuk Suhatril dengan memberdayakan masyarakat dalam perkembangan Lassy Dairy Farm.
“Sapi perah di Sumatera Barat awalnya berada di daerah Padangpanjang yang merupakan bantuan program pemerintah, masalah awal adalah banyaknya susu yang terbuang yang dapat diartikan produksi dan populasi yang berlebih,” kata Suhatril.
Beranjak dari sulitnya pengembangan susu segar itu, Suhatril memiliki inisiatif untuk mengolah susu dengan memperpanjang umur produk mencapai satu tahun menjadi keju. “Pemasaran keju sudah merambah ke provinsi Riau dan Sumatera Utara, ‘Lassy Dairy Farm’ memiliki lebih 50 ekor sapi, 35 ekor sapi dewasa, dan 26 ekor sapi diantaranya merupakan penghasil susu murni,” ujarnya.
Suhatril memiliki inisiatif untuk memproduksi dan mengolah susu agar kebutuhan susu dan keju di Indonesia bisa terpenuhi dan masyarakat bisa lebih mengenal susu dan keju dari dalam negeri. “Alhamdulillah, Lassy Dairy Farm mampu memberikan dampak dari segi sosial dan ekonomi kepada masyarakat, saat ini tempat ini menjadi tempatnya rekreasi edukasi konsumsi susu,” katanya.
Warga dan wisatawan yang datang ke tempat ini berasal dari bermacam daerah di Sumatera Barat hingga Riau, sebagian besar telah berulang kali datang karena suasana yang sejuk dan pilihan wisata menarik dari peternakan yang ada.
“Selalu berubah dan meningkat, ini menarik penasaran kami, fasilitas juga lengkap, anak anak bisa berlatih dan bersikap kepada hewan ternak, bagaimana cara memberi makan, bagaimana memerah susu dan arti pentingnya bagi kesehatan,” kata salah seorang pengunjung, Khadiza. (rdr/ant)





















