Sebelumnya, Ketua IDAI dr. Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K)., mengatakan bahwa penyebab dari penyalit tersebut sebenarnya belum bisa dipastikan.
Awalnya, dokter mengira penyakit itu terjadi akibat efek dari kondisi peradangan akut atau Mis-C yang rentan terjadi saat anak terinfeksi Covid-19. Tetapi, dokter Piprim menyampaikan bahwa tidak semua anak yang terkena gangguan ginjal akut misterius itu mengalami positif Covid-19.
Sehingga, sampai saat ini memang belum bisa dipastikan apa penyebab dari penyakit tersebut.
“Sebagai gambaran, anak-anak yang mengalami penyakit ginjal biasanya ada masalah ginjal bawaan. Tapi pada pasien ini, ginjal awalnya normal. Jadi bukan sesuatu kelainan bawaan. Apakah ini terkait dengan obat-obatan batuk, pilek, atau lainnya? Ini masih hal yang perlu kita dalami lebih lanjut. Yang jelas angka kematiannya cukup tinggi. Orang tua tetap waspada, cuma tidak panik berlebihan,” pesan dokter Piprim.
Data IDAI, kebanyakan anak terkena penyakit gangguam ginjal akut misterius itu masih berusia balita. Terutama data dari IDAI Jakarta dilaporkan bahwa rata-rata anak yang dibawa ke rumah sakit masih berusia di bawah 2 tahun. Sedangkan kasus di luar provinsi Jakarta dilaporkan beberapa anak yang berusia belasan tahun. (rdr/suara.com)

















