“Seseorang dikatakan menderita Gerd jika mengalami reflux asam yang persisten, dimana terjadi lebih dari dua kali seminggu. Bahkan sebuah penelitian dari hasil survei online, menunjukkan 57,6 persen dari 2045 responden di Indonesia memenuhi kriteria Gerd,” katanya.
Dosen tetap Fakultas Kedokteran Universitas Andalas itu juga menyampaikan prevalensi Gerd. Kata dia, 2 dari 5 orang di Amerika pernah mengalami Gerd dalam hidup mereka, dan 1 dari 3 orang di antaranya mengalami Gerd dalam 1 minggu terakhir. “Kelompok wanita paling banyak mengalami Gerd,” ujarnya.
Jika mengalami Gerd, Saptino menyarankan untuk melakukan terapi non-farmakalogi atau tanpa obat-obatan dengan melakukan modifikasi atau mengurangi berat badan, dan meninggikan kepala lebih kurang 15-20 cm pada saat tidur, hentikan merokok dan minum alkohol, serta kurangi makanan dan obat-obatan yang merangsang asam lambung.
Kemudian terkait Maag, Saptino menyampaikan bahwa Maag beda dengan Gerd. Maag ini gejalanya adalah rasa tidak nyaman atau nyeri pada ulu hati, bengah, kembung dan perasaan cepat kenyang. Penyakit Maag ini disebabkan oleh luka di lapisan dalam lambung.
“Penyakit tukak lambung dan tukak usus 12 jari, gastritis atau radang lambung, gangguan fungsional serta stress, gangguang cemas dan depresi juga dapat menimbulkan Maag/Dispepsia. Untuk pengobatannya, tidak jauh berbeda dengan Gerd,” kata dokter spesialis kelahiran 31 Maret 1970 ini. (rdr)

















