“Ada perasaan nostalgia masa lalu di warga Indonesia terkait Rusia. Dengan semangat masa lalu, Jokowi ingin mencoba membantu (mendamaikan Rusia-Ukraina),” tutur Kembara.
Meski begitu, Gilang mengatakan hubungan bisnis militer RI-Rusia saat ini “relatif stagnan” karena perubahan fokus Jakarta yang kini lebih fokus melihat senjata buatan Amerika Serikat dan ancaman sanksi jika membeli alutsista dari Moskow.
“Jokowi itu pragmatis dan dia akan mencari buah yang menggantung. Dia bukan seorang idealis. Akan sulit bagi Jokowi untuk menjadi ‘utusan perdamaian’ ketika dia memiliki sedikit pengetahuan tentang konteks sejarah, meskipun itu akan menjadi kemenangan yang sangat besar bagi Indonesia jika dia berhasil, “katanya.
Pendapat yang sama juga diutarakan oleh pengamat politik Rusia dari Universitas Indonesia, Fahrurodji.
“Memang benar, bahwa hubungan historis Indonesia, Uni Soviet menjadi bagian penting dalam pertimbangan dalam menyikapi konflik Rusia, Ukraina hari ini. Mengingat Rusia dan Ukraina waktu itu dalam bentuk negara Uni Soviet, memberikan dukungan penuh kepada Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan, khususnya di forum internasional di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB),” kata Fahrurodji saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (29/6/2022).
“Demikian pula Rusia, melihat Indonesia sebagai sahabat lama yang penting di kawasan Timur (Asia). Karenanya undangan Jokowi kepada Presiden (Vladimir Putin) disambut baik oleh Rusia,” lanjutnya.
Selain itu, Fahrurodji memuji langkah Jokowi karena melakukan pendekatan personal dengan kedua pihak.
“Inilah saatnya Indonesia memainkan peran penting bagi upaya perdamaian dunia. Pendekatan personal yang dilakukan Jokowi merupakan langkah yang tepat,” katanya.
Pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia, Suzie Sudarman, juga menyetujui pendapat soal keterikatan moral antara Moskow dan Jakarta.
“Waktu kita merdeka, kita meminta bantuan PBB. Ternyata yang mewujudkan adalah Belarus dan Ukraina di bawah USSR (Uni Soviet) waktu itu, sehingga Amerika Serikat tergerak untuk membantu Indonesia memperoleh pengakuan sebagai negara merdeka dan anggota PBB,” kata Suzie saat diwawancara CNNIndonesia.com, Rabu (29/6/2022).
Suzie juga mendesak pemerintah untuk berhati-hati menanggapi pertarungan antara negara adidaya. “Yang penting sebagai negara yang lemah, kita mengikuti ajakan (Mohammad) Hatta untuk selalu berhati-hati dengan soal pertarungan negara adidaya,” tuturnya. (rdr/cnnindonesia.com)

















