Untuk itu, lanjutnya ketika dua nagari di daerah itu menjadi percontohan DRPA pemerintah setempat menyosialisasikanya kepada masyarakat di daerah itu.
“Jadi nanti dalam mewujudkan DRPA kami melibatkan konsep tigo tungku sajarangan yang dalam artian pemerintah, niniak mamak, alim ulama, dan bundo kanduang sama-sama menyosialisasikannya,” katanya.
Ia menjelaskan DRPA bukan sebatas menyediakan lokasi serta sarana bermain untuk anak namun lebih kepada mempersilakan anak beraktivitas dengan nyaman serta aman di lingkungannya.
“Membuat anak betah di masjid dan musala juga merupakan bentuk rumah ibadah ramah anak, selain memperkuat aqidah juga membiasakan anak berada di masjid dan musala sejak dini,” ujarnya.
Ia berharap dengan upaya yang dilakukan tidak saja menjadikan predikat KLA Padang Pariaman lebih baik namun juga terwujudnya kabupaten yang ramah terhadap perempuan dan anak.
Ia menambahkan peluncuran DRPA tersebut ditargetkan dilaksanakan dalam tahun ini sehingga saat ini pihaknya sedang mempersiapkan kegiatan tersebut. (rdr/ant)

















