Director of Research & Business Development Dexa Group Raymond Tjandrawinata mengatakan para peneliti di Dexa Group telah melakukan berbagai upaya mewujudkan portofolio program yang akan diluncurkan di kemudian hari.
“Mulai dari obat herbal standar hingga ke fitofarmaka. Untuk itu kami menggunakan bahan alam hanya Indonesia, jadi kami telusuri untuk mendapatkan bahan alam dari seluruh kepulauan Indonesia, apa yang baik untuk dibuat, untuk menjadi obat-obat fitofarmaka,” katanya.
Raymond mencontohkan Inlacin yang berasal kayu manis dari Gunung Kerinci. “Kita coba kayu manis di semua daerah di Indonesia maupun di luar negeri, di Sri Lanka, di India, paling bagus rupanya di Kerinci. Portfolio itu dibuat dari keperluan apa yang diperlukan oleh dokter dan diresepkan oleh dokter, tapi kalau masyarakat mau membeli itu bisa izin dokternya,” ujarnya.
Saat ini, Dexa Group memiliki empat varian obat modern asli Indonesia fitofarmaka dari enam terapeutik area. Empat obat-obatan fitofarmaka Dexa Group tersebut adalah Stimuno (imunomodulator), Inlacin (antidiabetes), Redacid, (mengatasi tukak lambung) dan Disolf (pelancar sirkulasi darah).
Ke depannya Raymond mengharapkan peluncuran formularium fitofarmaka penggunaan Obat Modern Asli Indonesia fitofarmaka akan semakin meluas seiring dengan semakin banyaknya dokter yang meresepkan.
“Potensi penggunaan obat fitofarmaka bisa 5-10 persen oleh dokter di Indonesia, saat ini jumlah dokter yang meresepkan masih ratusan,” katanya.
Selain itu, fitofarmaka diharapkan bisa menjadi substitusi bahan baku impor dan juga menjadi bagian kurikulum di fakultas kedokteran. (rdr/ant)

















