Forth menyebut, pengetahuan rakyat lokal orang-orang Lio yang mendiami pulau Flores berisi cerita tentang manusia yang berubah jadi hewan saat bergerak dan beradaptasi dengan lingkungan baru.
Lio mengidentifikasi makhluk-makhluk ini (Hobbit) sebagai hewan, tidak punya bahasa atau teknologi yang dimiliki manusia. Kendati ada beberapa kesamaan dengan manusia yang mereka catat.
“Untuk Lio, penampilan manusia kera sebagai sesuatu yang tidak sepenuhnya manusiawi membuat makhluk itu menjadi anomali dan karenanya bermasalah dan mengganggu,” tambahnya.
Untuk saat ini, waktu terdekat untuk menentukan tanggal H. floresiensis terakhir hidup adalah 50.000 tahun yang lalu. Tetapi Forth bersikukuh agar pengetahuan orang-orang pribumi atau masyarakat lokal soal Hobbit dimasukkan saat menyelidiki evolusi hominin.
“Naluri awal kami, saya menduga manusia kera yang ada di Flores sebagai sepenuhnya imajiner. Tapi, dengan menganggap serius apa yang dikatakan orang Lio, saya tidak menemukan alasan yang baik untuk berpikir begitu,” kata Forth.
“Apa yang mereka katakan tentang makhluk itu, dilengkapi dengan bukti lain, sepenuhnya konsisten dengan spesies hominin yang masih hidup, atau spesies yang hanya punah dalam 100 tahun terakhir.” (rdr/kumparan.com)
















