“Sebenarnya, kita sepakat bahwa isolasi mandiri itu harus dikurangi. Untuk itu, kita berharap agar BUMN-BUMN membuka fasilitas isolasi, supaya lebih aman dan tidak menular ke yang lain. Sejauh ini, PT Semen Padang sudah memfasilitasi tempat isolasi dan kami, sangat mengapresiasinya,” ujarnya.
Kepala Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Fakultas kedokteran Unand itu juga menyebut bahwa virus Covid-19 sebenarnya tidak mematikan, berbeda dengan TBC yang angka kematiannya mencapai 5 persen dan SARS serta MERS-Cov yang angka kematiannya mencapai 10 persen. Sementara Covid-19, angka kematian hanya 2 persen.
“Pertanyaannya, kenapa virus Covid-19 menjadi ribut? Karena penyebarannya yang cepat dan menjadi membahayakan, sehingga menyebabkan kematian. Untuk itu, mari putus penyebaran Covid-19 dengan protokol kesehatan, tracing, isolasi pasien dan sebagainya,” kata Andani berharap.
Terkait masalah pandemi di Indonesia, Andani menyampaikan bahwa itu disebabkan oleh varian baru virus Covid-19, seperti varian Delta dan varian Beta, disamping rendahnya disiplin masyarakat.
Untuk di Indonesia, ada 761 sekuens varian yang menjadi perhatian, terdiri dari varian Alpha, varian Beta dan varian Delta yang lebih infeksius. Paling banyak, terdapat di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah.
Sedangkan untuk di Sumatera, ada 9 varian yang menjadi perhatian, yaitu di Sumatera Selatan. “Saat ini, untuk menanggulangi pandemi, pemerintah fokus pada 5 pilar penanganan pandemi, yaitu edukasi, tracing, testing dan isolasi, pelayanan di rumah sakit, penegakan hukum dan vaksinasi melalui upaya strategis,” bebernya.
Upaya strategis tersebut, jelas Andani, yaitu berupaya meningkatkan tes hingga 400 ribu perhari, melakukan surveilans suspek dan tracing kontak erat dan surveilans genomik di daerah-daerah yang berpotensi lonjakan kasus Covid-19, mengerahkan tenaga cadangan seperti dokter internsip, koas dan mahasiswa kedokteran tingkat akhir.
Kemudian, melakukan pengetatan syarat masuk rumah sakit, meningkatkan pemantauan isolasi mandiri dengan pemanfaatan telemedicine dan alokasi vaksin 50 persen di daerah-daerah dengan kasus dan mobilitas tinggi, serta menyediakan sentra vaksinasi di bandara-bandara, dan menjadikan syarat kartu vaksin bagi pelaku perjalanan.
Andani menekankan bahwa tujuan vaksin itu adalah untuk membentuk sel pengingat (memory) yang bersifat spesifik terhadap bahan atau bagian dari virus yang diberikan Jika kita diinfeksi oleh virus paska vaksinasi, maka tubuh dengan cepat akan mengidentifikasi virus yang masuk dan melawannya.
Dalam pengendalian pandemi, pelaksanaan vaksinasi merupakan bagian dari proses pencapaian herd immunity (kekebalan kelompok).
“Vaksin memberikan perlindungan relatif dari kelompok populasi yang dicapai dengan mengurangi atau memutus rantai penularan agen infeksi karena sebagian besar populasi resisten terhadap infeksi melalui imunisasi atau infeksi alami sebelumnya,” kata Andani.
Webinar itu diikuti dengan antusias oleh ratusan peserta. Hal itu terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan para peserta dari awal kegiatan.
“Vaksinasi itu menguatkan imun secara spesifik. Kalau ada vitamin dan makanan dapat menguatkan imun, itu sifatnya general, bukan spesifik. Makanya vaksinasi ini tujuannya melindungi tubuh kita secara spesifik dari Covid-19,” katanya. (*)

















