Karena belum menemukan peluang yang pas, Agam Permadi memutuskan untuk pulang kampung ke Bandung, dia lalu membuka Angkringan Khas Sunda, usahanya berjalan beberapa bulan, Pandemi COVID-19 pun melanda.
“Saya sempat balik ke Bandung untuk buka usaha Angkringan, karena terkendala COVID, saya putuskan balik lagi ke sini,” kata Agam Permadi.
Merantau ke Bukittinggi untuk kedua kalinya, Agam Permadi merubah menu jualannya, ia berinisiatif membuat minuman herbal untuk meningkatkan daya imun, persis seperti apa yang viral di media sosial kala itu.
“Awal pandemi banyak yang nyari jahe merah, penjualan saya sempat meningkat. Karena sekarang ini pandemi mulai reda, variannya pun dibikin ala kekinian. Susu jahe merah kini tersedia rasa coklat, milo, vanila, tiramisu, greentea dan sejenisnya. Targetnya tidak hanya kelompok tua tapi juga milenial,” beber Agam.
Agar tidak kehabisan bahan baku, Agam Permadi berlangganan rempah-rempah di Pasar Bawah, karena Jahe merah tidak biasa dipakai untuk memasak oleh masyarakat Bukittinggi dan sekitarnya, ia pun merasa tidak kesulitan mendapatkan bahan baku.
“Jahe merah jarang dipakai di Bukittinggi, pernah saya coba jahe putih tapi kurang mengena rasanya, saya sudah stok 10 kilogram untuk Ramadhan, jika orderan ramai, kadang 10 kilogram jahe merah hanya cukup untuk 10 hari,” ujar pria beranak satu itu.
Agam Permadi mengaku mewarisi keterampilan memasak dari ibunya yang memiliki usaha katering, keluarga Agam Permadi rata-rata memang pekerja kuliner, lingkungan itulah yang membuatnya belajar memasak secara otodidak.
“Untuk jangka panjang, saya ingin membuka kafe lagi, menunya khusus makanan Sunda, saya ingin mengenalkan masakan berkonsep kampung halaman saya di Sumbar ini,” kata dia mengakhiri. (rdr/ant)

















