“Semestinya kita sayangkan ya, perseteruan, bahasa saya ingin menyampaikan, baik dr Terawan dengan IDI ini kan sudah sedemikian panjang ya. Sehingga semestinya kita sayangkan kenapa ini mesti terjadi,” kata Handoyo kepada wartawan, Sabtu (26/3/2022).
“Ada yang mengatakan ini kepentingan konflik pribadi dengan organisasi, itu ada kepentingan tidak semata-mata dari sisi keilmuan, karena dari sisi keilmuan ada yang pro, ada yang kontra,” lanjutnya.
Dalam sejumlah catatan, menurut Handoyo, ada juga anggapan sejumlah konflik pribadi terjadi antara Terawan dengan IDI. Menurut Handoyo, muncul anggapan masyarakat bahwa ada yang tak ingin Terawan menjadi Menkes pada 2018.
“Jadi masyarakat ini disuguhi drama yang tidak semestinya, tidak perlu publik mengetahui, silakan selesaikan dengan baik,” ucapnya.
Handoyo mendesak Terawan dan IDI tak mengajak masyarakat masuk ke dalam pusaran konflik tersebut. Legislator bidang kesehatan dan ketenagakerjaan ini mengimbau IDI dan Terawan duduk bersama menyelesaikan konflik.
Legislator Kecewa Terawan Dipecat
Anggota DPR RI Fraksi Gerindra Habiburokhman yang sempat disuntik vaksin Nusantara buatan dr Terawan, mengaku kecewa dengan pemecatan itu. Dia mengaku banyak menerima masukan dari tokoh masyarakat terkait kekecewaan tersebut.
“Sebagai anggota DPR saya mendapat masukan dari banyak sekali tokoh masyarakat yang merasa kecewa dengan keputusan pemecatan dr Terawan dari keanggotaan Ikatan Dokter Indonesia (IDI),” kata Habiburokhman kepada wartawan, Sabtu (26/3/2022).
Habiburokhman menyebut belum paham alasan IDI melakukan pemecatan terhadap dr Terawan. Namun, kata dia, berdasarkan informasi yang beredar, dr Terawan dipecat akibat pengobatan dengan metode ‘cuci otak’ menggunakan alat Digital Substraction Angiography (DSA).
“Sejauh ini IDI belum memberi penjelasan yang lengkap detail soal penyebab pemecatan tersebut. Namun informasi yang beredar bahwa dr Terawan dipecat terkait kontroversi metode ‘cuci otak’ dengan alat Digital Substraction Angiography (DSA) dalam pengobatan stroke dan vaksin nusantara untuk mencegah COVID-19,” ucapnya.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini heran lantaran metode pengobatan tersebut dipersoalkan IDI. Padahal, menurutnya banyak pihak, termasuk kakaknya dan dirinya, yang merasakan manfaat dari banyak pengobatan dr Terawan.
“Terus terang saya tidak paham detail masalah kedokteran, tetapi saya telah melihat sendiri manfaat program DSA dan vaksin nusantara. Kakak kandung saya yang sempat mengalami sakit kepala bertahun-tahun bisa berkurang signifikan sakit kepalanya setelah menjalani DSA. Saya dan istri juga selamat dari badai COVID-19 karena mendapat vaksin nusantara,” ujarnya.
“Banyak tokoh-tokoh negara ini yang juga mendapatkan manfaat sangat positif secara langsung setelah menjalani proses DSA dan vaksin nusantara,” lanjutnya.
Atas dasar itulah, Habiburokhman pun berharap IDI mengevaluasi keputusannya memecat dr Terawan. Dia mengaku khawatir IDI bisa dicap sebagai organisasi otoriter atas tindakannya kepada dr Terawan. (rdr/detik.com)

















