Kelompok itu menggunakan artileri berat, bom mortir dan sistem roket Grad di dua daerah yang memisahkan diri selama 24 jam sebelumnya. Citra satelit baru menunjukkan beberapa pasukan baru dan penempatan peralatan di Rusia barat dan lebih dari 100 kendaraan di lapangan terbang kecil di Belarus selatan, yang berbatasan dengan Ukraina, menurut perusahaan AS Maxar.
Selama berbulan-bulan, Rusia telah menyerukan krisis terutama terjadi sebagai akibat perselisihan dengan Barat. Moskwa menuntut jaminan keamanan, termasuk janji untuk tidak pernah mengizinkan Ukraina bergabung dengan NATO. Namun pengakuan wilayah separatis itu disertai dengan bahasa yang lebih keras terhadap Ukraina, termasuk secara pribadi dari Putin.
Dalam pidato TV pada Senin (21/2/2022), Putin menyinggung sejarah berabad-abad untuk mengkarakterisasi Ukraina sebagai konstruksi buatan yang dipisahkan secara salah dari Rusia oleh musuh-musuhnya. Beberapa orang yang melihat pidato tersebut mengatakan bahwa mereka sekarang merasa terancam oleh seorang pemimpin yang membuat keputusan yang tidak lagi tampak rasional.
“Dalam kasus Putin, ini bukan perjuangan untuk uang atau kekuasaan: ini tentang kebanggaan, yang berarti pikiran dimatikan. Dia tidak bisa berhenti, dan dia tidak bisa dihentikan,” kata Lilia, 72 tahun, seorang pensiunan di pinggiran kota Kiev, Brovary.
Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengatakan Rusia sedang menuju ke langkah yang akan menjadikannya paria global, dan mendesaknya untuk tidak “mengisolasi diri sepenuhnya di seluruh dunia”. Diplomasi kini goyah. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menteri Luar Negeri Perancis Jean-Yves Le Drian membatalkan pertemuan terpisah dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov.
KTT antara Presiden AS Joe Biden dan Putin, yang dilancarkan oleh Perancis pada awal minggu ini, tampaknya tidak mungkin terjadi. Sementara Putin mengatakan dia selalu terbuka untuk menemukan solusi diplomatik, tetapi kepentingan Rusia dan keamanan warganya adalah absolut. (kompas.com)















