BMKG juga melaporkan perkembangan sistem siklon tropis di sekitar wilayah Indonesia. Siklon Tropis IAU yang terbentuk dari unit siklon 96S terpantau memberikan dampak hujan sedang hingga lebat di Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur, disertai angin kencang serta gelombang laut setinggi 1,25 hingga 2,5 meter di perairan selatan Jawa hingga Nusa Tenggara.
Selain itu, terdapat unit siklon lain, 98S, di utara Australia yang terus dipantau secara real time oleh pusat-pusat pemantauan internasional, termasuk Australia, Jepang, India, dan Indonesia.
BMKG menegaskan bahwa meskipun Indonesia bukan wilayah utama lintasan siklon tropis, dampak tidak langsung tetap perlu diantisipasi.
“Dalam 55 tahun terakhir, hanya lima siklon yang tercatat berdampak langsung ke Indonesia, dan sebagian besar berkategori rendah. Namun dampak hujan, angin, dan gelombang tetap berisiko tinggi,” jelasnya.
Untuk periode sepekan ke depan, 29 Desember 2025 hingga 4 Januari 2026, BMKG memprediksi hujan lebat masih berpotensi terjadi di sejumlah wilayah Sumatra dan Jawa bagian selatan, meski intensitasnya berangsur menurun memasuki Januari.
Teuku Faisal menegaskan, penyampaian informasi cuaca dan peringatan dini bukan untuk menghambat aktivitas masyarakat maupun pariwisata, melainkan untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan pemerintah daerah serta masyarakat.
“Informasi cuaca harus menjadi dasar pengambilan keputusan di daerah, terutama dalam mitigasi bencana dan perlindungan kelompok rentan,” pungkasnya.
Pemerintah pusat mendorong seluruh pemerintah daerah, khususnya di wilayah Sumatra, untuk terus memperkuat koordinasi lintas sektor, memastikan kesiapan sumber daya, serta merespons setiap peringatan dini secara cepat dan terukur guna menekan risiko dan dampak bencana hidrometeorologi di awal 2026. (rdr/infopublik)

















