“Kita juga harus menangani yang bersifat perorangan. Ini membutuhkan edukasi lintas sektoral,” ujarnya.
Sejumlah ahli dan aktivis lingkungan menilai parahnya dampak banjir bandang dan longsor di wilayah Sumatera tidak hanya dipicu cuaca ekstrem, tetapi juga akibat pembalakan liar yang berlangsung selama bertahun-tahun. Penilaian ini menguat setelah ditemukannya gelondongan kayu berukuran besar dengan potongan rapi yang terbawa banjir dan menghantam permukiman serta infrastruktur.
Bencana banjir bandang dan longsor yang melanda sejumlah kabupaten dan kota di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat sejak 25 November lalu mengakibatkan korban besar. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat hingga 29 Desember 2025, jumlah korban meninggal dunia mencapai 1.140 orang, 163 orang dilaporkan hilang, serta 399.200 orang mengungsi. (rdr/ant)















