Sementara itu, sektor ekonomi mencatat kerugian Rp341,80 miliar, terdiri dari pertanian Rp189,51 miliar, perikanan Rp74,89 miliar, peternakan Rp31,69 miliar, perkebunan Rp23,30 miliar, perdagangan Rp20,60 miliar, dan pariwisata Rp1,78 miliar.
Adapun sektor sosial mengalami kerugian Rp20,76 miliar, yang meliputi sektor kesehatan Rp600 juta dan pendidikan Rp20,1 miliar. Selain itu, lintas sektor mencatat kerugian Rp6,49 miliar, terdiri dari sektor pemerintahan Rp3,99 miliar dan lingkungan hidup Rp2,5 miliar.
“Total kerugian tersebut terdiri dari nilai kerusakan dan kerugian ekonomi pascabencana,” ujarnya.
Roza menambahkan, bencana yang melanda Agam pada akhir November 2025 itu mengakibatkan 163 orang meninggal dunia, 38 orang dinyatakan hilang, dan dua orang masih menjalani perawatan.
Proses pencarian korban hilang secara resmi telah dihentikan pada Senin (22/12) berdasarkan surat dan persetujuan para ahli waris. Sementara itu, status tanggap darurat diperpanjang dari 23 Desember 2025 hingga 5 Januari 2026 guna mematangkan persiapan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana. (rdr/ant)
















