JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk memperluas cakupan imunisasi di wilayah Sumatra yang terdampak bencana banjir dan longsor. Sedikitnya terdapat tiga sasaran utama dalam perluasan imunisasi tersebut.
Direktur Imunisasi Kemenkes Indri Yogyaswari mengatakan ketiga sasaran itu meliputi imunisasi tambahan di pos pengungsian, di wilayah terdampak langsung bencana, serta di lokasi yang ditemukan suspek campak.
“Kami akan melakukan imunisasi tambahan di pos pengungsian, di daerah terdampak langsung, serta di tempat munculnya suspek campak,” kata Indri di Jakarta, Senin (22/12).
Sebelumnya, Kemenkes telah menerbitkan Surat Edaran (SE) tentang Penanggulangan Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) di tiga provinsi terdampak bencana. Namun, Indri mengakui pelaksanaannya masih menghadapi sejumlah tantangan.
Tantangan tersebut antara lain keterbatasan ketersediaan vaksin, kerusakan fasilitas penyimpanan vaksin, serta kekurangan tenaga vaksinator di lapangan.
Indri menegaskan imunisasi sangat penting untuk melindungi individu dan masyarakat. Menurut dia, imunisasi membantu membentuk antibodi sehingga mencegah penyakit berat, kecacatan, hingga kematian.
“Dari sisi masyarakat, imunisasi juga membentuk kekebalan kelompok. Dengan begitu, penularan penyakit dapat tertahan,” ujarnya.
Selain itu, imunisasi juga melindungi orang lain, terutama dalam lingkungan keluarga. Anak-anak yang telah diimunisasi dapat mengurangi risiko penularan penyakit kepada anggota keluarga lainnya.
Kemenkes, lanjut Indri, juga memiliki program imunisasi kejar yang diberikan kepada kelompok usia yang belum mendapatkan imunisasi sesuai jadwal.
“Tidak ada kata terlambat untuk imunisasi. Semua anak harus mendapatkan imunisasi guna membentuk kekebalan kelompok dan mencegah kejadian luar biasa PD3I,” katanya.
Sebelumnya, Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Aceh menyatakan mulai mewaspadai munculnya penyakit menular di lokasi pengungsian korban banjir di sejumlah kabupaten/kota sejak November 2025.
Pelaksana Harian Kepala Dinkes Aceh Ferdiyus mengatakan para pengungsi mulai mengalami penyakit menular seperti infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), gatal-gatal, dan diare.
“Kami juga mewaspadai campak. Jika menular, dikhawatirkan dapat menjadi kejadian luar biasa,” kata Ferdiyus di Banda Aceh, Jumat (19/12).
Untuk mencegah penularan, tenaga kesehatan telah diarahkan menempatkan pasien di tenda terpisah serta melakukan pemantauan intensif terhadap pengungsi lainnya. (rdr/ant)

















