Ia mengatakan, ikan ini mati akibat kekurangan oksigen setelah curah hujan disertai angin kencang melanda daerah tersebut. Setelah itu, ikan mengalami pusing dan mengapung ke permukaan danau. Beberapa jam, ikan menjadi mati dan mengapung. Dengan kondisi itu, ia mengimbau petani untuk segera memanen ikan dan memimdahkan ke lokasi lain dan tidak menebar bibit ikan. “Ini untuk mencegah kerugian akibat kematian ikan secara massal,” katanya.
Ia mengakui, kematian ikan secara massal ini merupakan perdana pada 2022. Sedangkan selama 2021 sebanyak 1.764 ton dengan kerugian sekitar Rp35,28 miliar. (ant)

















