Ia menambahkan, kehadiran PLTS sangat membantu pengungsi dan relawan, terutama untuk penerangan aktivitas pada malam hari serta pengisian daya telepon seluler sebagai sarana komunikasi utama. Setiap unit PLTS mampu beroperasi hingga delapan jam per hari.
Relawan Pertamina Peduli M. Abassi Ali Bilhadj, yang akrab disapa Billy, mengatakan proses perakitan PLTS berlangsung sekitar dua jam dan langsung berfungsi setelah diuji coba.
“Di tengah keterbatasan BBM untuk genset, kehadiran PLTS ini sangat membantu pengungsi. Mereka dapat beribadah dan anak-anak bisa membaca buku pada malam hari dengan tenang. PLTS ini ibarat cahaya harapan di tenda pengungsian,” kata Billy.
Hingga dua pekan pascabanjir bandang, sebagian wilayah Aceh Tamiang masih terisolasi dan hanya dapat diakses dengan berjalan kaki maupun kendaraan roda dua. Kondisi tersebut menyulitkan penyaluran bantuan, termasuk kebutuhan listrik, air bersih, dan bahan pangan.
Relawan Pertamina Peduli terus berupaya hadir membantu masyarakat dengan menyalurkan BBM, LPG, kelistrikan berbasis energi surya, serta bantuan kesehatan, sanitasi, air bersih, dan kebutuhan hidup lainnya. (rdr/ant)





















