Bencana banjir bandang atau galodo akhir November 2025 lalu meninggalkan luka mendalam di Sumatra Barat (Sumbar). Ribuan rumah rusak, jembatan putus, dan dapur tak lagi bisa dipakai. Warga kehilangan tempat tinggal, sebagian masih bertahan di pengungsian. Di tengah suasana muram itu, hadir sosok Andre Rosiade.
Oleh: Reviandi
Andre tidak datang dengan janji kosong. Ia datang dengan aksi nyata. Di dapur umum Gerindra, ribuan nasi bungkus diproduksi setiap hari.
Ada delapan dapur umum yang beroperasi, dua di Padang dan enam di kabupaten lain. Kehadiran dapur umum ini menjadi penyelamat bagi warga yang kehilangan dapur mereka.
Di Agam, Wakil Ketua Komisi VI DPR ini menyerahkan 5.000 paket sembako. Ia memenuhi permintaan diapers bayi, susu anak, hingga toilet portabel dan genset.
Kehadiran bantuan ini membuat warga merasa diperhatikan. Di tengah lumpur dan reruntuhan, ada kepedulian yang nyata.
Di Tanah Datar, Andre membawa ekskavator untuk membersihkan material longsor. Ia juga menyalurkan kasur dan perlengkapan dapur bagi pengungsi.
Genset tak lupa. Kehadirannya bukan sekadar simbol, tetapi solusi praktis yang langsung dirasakan masyarakat.
Di Padang, hari pertama bencana Andre telah berkeliling kemana-mana. Membawa nasi bungkus. Membawa sembako. Membawa keperluan warga.
Dia bergerak di Koto Tangah, Nanggalo, Kuranji, Pauh dan lainnya. Andre menyatu dengan warga, berdialog. Memberi ketenangan. Kehangatan.
Di Siteba, Kota Padang kampung masa kecilnya, Andre menyalurkan 1.500 paket sembako. Ia kembali sebagai anak daerah yang pulang membawa kepedulian.
Warga menyambutnya bukan hanya sebagai politisi, tetapi sebagai bagian dari keluarga besar mereka. Padang Pariaman dan Kota Pariaman juga tak lupa dijejaki Andre.





















