Selain ISPA, Srikurnia mengungkapkan tren penyakit kulit juga meningkat. Hal ini berkaitan dengan keterbatasan air bersih pascabencana.
“Sebelum banjir, masyarakat menggunakan air PDAM. Namun setelah bencana, air PDAM mati dan warga beralih memakai air sumur atau sumber lain,” katanya.
Menurutnya, penggunaan air keruh dapat memicu penyakit kulit. Karena itu, Dinkes meminta warga menyaring dan memastikan kualitas air sebelum digunakan.
Hingga kini, ribuan warga masih berada di posko-posko bencana dan lokasi pengungsian. (rdr/ant)

















