Kerusakan pada jalan, jembatan, dan infrastruktur penunjang lainnya diperkirakan mencapai Rp221,70 miliar. Adapun kerugian sektor perikanan, termasuk kematian bibit dan induk ikan, mencapai Rp9,22 miliar.
“Ini merupakan data yang kami peroleh dari organisasi perangkat daerah. Angka ini masih berupa perkiraan kerugian,” ujar Rahmat.
Ia menyebutkan, kerugian besar tersebut dipicu curah hujan tinggi yang melanda Agam sejak 19 November 2025, sehingga menimbulkan serangkaian bencana hidrometeorologi berupa banjir bandang, banjir, tanah longsor, dan angin kencang.
Bencana ini juga menelan korban jiwa. BPBD mencatat 139 orang meninggal dunia, 86 orang masih dinyatakan hilang, dan 41 lainnya menjalani perawatan. (rdr/ant)

















