Bantuan yang telah disalurkan meliputi sembako, perlengkapan kebersihan, makanan siap saji, selimut, tenda, serta alat berat seperti excavator. Seluruh personel BNPB telah berada di titik terdampak untuk mendampingi Forkopimda.
“Sudah empat hari mereka berada di lapangan dan seluruh kegiatan berjalan sesuai rencana,” ujar Suharyanto.
Penggunaan armada udara masih terbatas karena jalur darat masih dapat diakses. Armada yang dikerahkan meliputi satu helikopter BNPB, satu pesawat fixed wing, dan satu helikopter Basarnas.
Data Posko Terpadu Penanggulangan Bencana Sumbar mencatat 131 personel dikerahkan untuk menangani banjir, galodo, sedimentasi sungai, dan kerusakan irigasi. Upaya difokuskan pada pemulihan aliran sungai dan distribusi air bagi permukiman serta lahan pertanian.
Alat berat yang digunakan antara lain excavator, mini excavator, dan long arm excavator, sementara beberapa lokasi menggunakan peralatan manual seperti cangkul dan sekop.
Kepala Stasiun Meteorologi Minangkabau, Desindra Deddy Kurniawan, menyampaikan bahwa Eks-Siklon Tropis Senyar yang memicu bencana telah menjauhi wilayah Indonesia. Namun, Sumatera Barat masih berada pada puncak musim hujan hingga Desember.
“Dinamika atmosfer seperti IOD, suhu muka laut, dan konvergensi angin masih aktif menyuplai uap air sehingga memicu pertumbuhan awan hujan dalam sepekan ke depan,” ujarnya.
BMKG mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap cuaca ekstrem, memperhatikan kondisi lingkungan, serta kembali ke rumah secara bertahap dari posko pengungsian.
Daerah yang diminta meningkatkan kewaspadaan mencakup 16 kabupaten/kota, antara lain: Kepulauan Mentawai, Pasaman Barat, Agam, Bukittinggi, Tanah Datar, Padang Panjang, Padang Pariaman, Pariaman, Padang, Pesisir Selatan, Pasaman, Lima Puluh Kota, Payakumbuh, Sawahlunto, Kabupaten Solok, Kota Solok, dan Solok Selatan.
“Penting bagi seluruh pihak untuk meningkatkan kesiapsiagaan agar risiko bencana hidrometeorologi dapat ditekan seminimal mungkin,” ujar Desindra. (rdr/ant)

















