Dwi Budi Martono menjelaskan, implementasi TTE banyak memberikan kontribusi dalam upaya transformasi digital di Kementerian ATR/BPN.
“Secara kerja, bisa sangat fleksibel. Saya tanda tangan di mana pun bisa jika menggunakan TTE. Bahkan parafnya elektronik, real time juga. Sangat aman juga daripada tanda tangan manual yang rentan dipalsukan oleh orang lain,” terangnya.
Kementerian ATR/BPN juga terus berupaya meningkatkan keamanan siber untuk melindungi sistem, data, dan jaringan dari berbagai ancaman digital.
“Dalam implementasi transformasi digital ini, kita menerapkan multi factor authentication (MFA), di mana proses ini melibatkan dua atau beberapa langkah proses untuk mengidentifikasi pengguna. Bahkan kita juga melakukan audit berkala terkait keamanan digital ini,” jelas Dwi Budi Martono.
Terkait langkah Kementerian ATR/BPN ke depan dalam transformasi layanan pertanahan dan tata ruang digital, Dwi Budi Martono menjelaskan bahwa pihaknya akan terus berupaya meningkatkan inovasi layanan digital.
“Transformasi digital itu ibarat sebuah journey, yang tidak ada ujungnya, siap tidak siap, masyarakat menuntut itu, masyarakat ingin dilayani dengan baik melalui layanan-layanan digital kita.”
“Seperti Sentuh Tanahku itu, masyarakat bisa swaplotting dari aplikasi, bisa mengetahui biaya layanan pertanahan, dan lain-lain,” tutup Dwi Budi Martono. (rdr/atrbpn)

















