“Hanya saja ada beberapa permasalahan yang mereka hadapi. Pertama, remaja perempuan ketika pertama kali menstruasi malu membeli pembalut ke warung. kedua, rasa nyeri pada organ reproduksi. Ketiga, takut orang lain mengetahui jika ia sedang menstruasi. Sedangkan permasalahan yang dihadapi oleh remaja laki-laki, yaitu khawatir orang tuanya marah karena kasurnya basah,” tuturnya.
Secara kuantitas, permasalahan yang dihadapi oleh remaja perempuan ketika pubertas lebih banyak dibandingkan remaja laki-laki. Di akhir sesi, Febrianto memberikan tips kepada remaja perempuan untuk menjaga kebersihan organ reproduksi terutama ketika menstruasi dengan mengganti pembalut. Menurutnya, jika remaja perempuan malu membeli pembalut ke warung, terus remaja menggunakan apa?
“Selain menggunakan pembalut, remaja bisa menggunakan kain yang bersih dan tidak lembab. Sedangkan untuk persoalan yang dihadapi oleh remaja laki-laki ketika mimpi basah, Febrianto menganjurkan untuk bercerita kepada orangtuanya,” jelas Eva dalam edukasinya.
Sementara, Firdaus, selaku Direktur Eksekutif Daerah PKBI Sumbar mendukung kegiatan diskusi ini di Nagari Batang Barus. Menurutnya, semua remaja berhak mendapatkan akses informasi, edukasi dan layanan kesehatan reproduksi, terutama menjaga organ reproduksi agar terhindar dari penyakit seksual berisiko seperti HIV AIDS.
“Dampingan dan edukasi dari orang tua turut berkontribusi agar anak menemukan sahabat ceritanya di rumah saat menghadapi persoalan remaja yang kian memuncak. Selain itu, penting membedakan bahwa berbicara kesehatan reproduksi bukanlah berbicara pornografi, melainkan edukasi,” tutup Firdaus. (rdr)

















