“Kegiatan ini diikuti lebih dari 22 Perguruan Tinggi Farmasi se-Indonesia. Ini merupakan pengabdian nasional kolaboratif pertama di Indonesia. Kami tidak hanya memberikan edukasi tentang obat, tetapi juga memperkenalkan pemanfaatan tanaman obat di lingkungan sekitar, seperti mengkudu yang kini kami olah menjadi teh celup,” ungkap Fatma.
Menurutnya, inovasi teh celup mengkudu menjadi contoh pemanfaatan bahan lokal dengan nilai tambah ekonomi. Buah mengkudu yang dikenal memiliki rasa pahit dan aroma kuat, kini diolah menjadi minuman praktis dengan rasa lebih bersahabat serta daya simpan lebih lama.
“Tujuan kami adalah memberi alternatif pemanfaatan mengkudu lokal yang berkhasiat sebagai antihipertensi dan antioksidan, namun dalam bentuk yang lebih mudah diterima masyarakat,” tambahnya.
Wali Kota Pariaman yang diwakili oleh Kepala Dinas Kominfo Kota Pariaman, Yalviendri, juga mengapresiasi kegiatan tersebut.
“Kami sangat berterima kasih atas kolaborasi nasional ini. Edukasi tentang obat dan inovasi teh mengkudu sangat bermanfaat, tidak hanya untuk kesehatan tetapi juga dalam mengembangkan potensi lokal sebagai produk unggulan daerah,” ujarnya. (rdr/rudi)

















