“Kalau bisa, industri kita jangan semuanya terpusat di Padang. Sebagian sebaiknya diarahkan ke daerah yang punya potensi bahan baku supaya rantai pasoknya lebih efisien dan nilai tambahnya kembali ke daerah,” ujar Mahyeldi.
Menanggapi hal tersebut, Kepala BPS Sumbar Sugeng Arianto mengingatkan bahwa relokasi industri perlu dirancang dengan matang.
Ia mencontohkan beberapa pabrik karet yang terpaksa tutup karena biaya logistik tinggi akibat jarak antara kebun dan lokasi pabrik.
Meski begitu, Sugeng menegaskan bahwa industri minyak sawit (CPO) di Sumbar memiliki daya saing kuat. “Kami mendorong investor membangun industri di titik strategis, terutama di daerah perbatasan, agar arus barang tetap mengarah ke Sumbar,” ujarnya.
Selain membahas sektor unggulan, pertemuan ini juga menyinggung soal pentingnya pengelolaan dan pelaporan data ekonomi daerah.
BPS berkomitmen memperkuat koordinasi serta memberikan pelatihan bagi petugas data di setiap perangkat daerah agar pencatatan dan pelaporan lebih akurat dan sesuai standar.
Di akhir pertemuan, Gubernur Mahyeldi menekankan pentingnya validitas data dalam mendukung arah kebijakan pembangunan daerah.
“Kita perlu memastikan semua transaksi dan data ekonomi terekam dengan baik. Ini jadi dasar untuk mengambil kebijakan yang tepat,” tutupnya. (rdr/adpsb/cen)

















