“Bisa jadi, kita tidak hanya menerima manfaat, tapi juga menjadi mitra dalam mengelola aset wakaf global. Bahkan, mendorong tumbuhnya gerakan wakaf produktif di daerah sendiri,” lanjutnya.
Menurut Abrar, potensi wakaf di Sumatera Barat sangat besar jika dikelola secara serius. Dari sekitar 20 ribu pegawai di lingkungan Pemprov Sumbar, jika masing-masing berwakaf Rp10 ribu setiap bulan, maka akan terkumpul sekitar Rp200 juta per bulan atau Rp2,4 miliar per tahun.
“Angka itu menunjukkan betapa kuatnya potensi filantropi Islam kita. Bila dikelola dengan baik, wakaf bisa menjadi solusi nyata bagi pemberdayaan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat,” katanya optimistis.
Abrar menekankan, konferensi ini bukan sekadar seremoni, tetapi bagian dari upaya membangkitkan kesadaran baru bahwa wakaf merupakan kekuatan ekonomi umat yang perlu dihidupkan.
“Sumatera Barat punya semangat berbagi yang tinggi. Kini saatnya potensi itu kita arahkan untuk pembangunan berkelanjutan dan kemaslahatan umat,” tutupnya. (rdr)

















