Ia mencontohkan sejumlah inovasi yang kini mulai diterapkan seperti metode green house untuk mengatasi dampak cuaca ekstrem, dan metode hidroponik untuk menjawab keterbatasan lahan pertanian di perkotaan.
“Kita ingin anak muda melihat bahwa pertanian hari ini bukan lagi kerja tangan semata, tapi kerja pikiran, riset, dan inovasi. Ada banyak peluang yang bisa tumbuh, dari hulu hingga hilir,” tambahnya.
Lebih jauh, Mahyeldi menekankan bahwa gerakan “smart farming” tidak hanya mendorong regenerasi petani dengan pendekatan teknologi, tetapi juga membuka jalan bagi tumbuhnya usaha rintisan (startup) agro dan ekosistem ekonomi pertanian berkelanjutan.
“Kita ingin pertanian menjadi sumber ekonomi yang kuat dan berkelanjutan bagi Sumatera Barat. Dari tanah, kita tumbuhkan kehidupan, dari kerja petani kita hadirkan keberkahan,” tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, Mursalim selaku inisiator gerakan Farm the Future for Food Security and Sustainable Economy, menyampaikan bahwa gerakan ini memiliki visi besar untuk mengubah citra petani menjadi profesi modern dan bergengsi.
“Pertanian bukan lagi kerja tangan, tapi kerja pikiran dan inovasi. Kami ingin milenial Sumbar melihat profesi petani bukan sebagai pekerjaan yang ketinggalan zaman, tetapi sebagai karier yang cerdas, keren, dan berprestasi,” ujarnya.
Sebagai bentuk komitmen bersama, kegiatan pencanangan gerakan Farm the Future juga diwarnai dengan penandatanganan komitmen kolaborasi antara Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), perbankan, BUMN, media, kelompok petani milenial, serta mahasiswa.
Gerakan ini diharapkan menjadi titik tolak kebangkitan sektor pertanian Sumatera Barat, dengan semangat baru yang digerakkan oleh kaum muda, berlandaskan inovasi dan nilai-nilai kearifan lokal Minangkabau. (rdr/adpsb/nov/bud)

















